Berita update

Potensi Besar dari Budidaya Tokek: Peluang Emas yang Wajib Dicoba

Gambar
Potensi Besar dari Budidaya Tokek: Peluang Emas yang Wajib Dicoba Pengantar Halo, guys! Siapa nih di antara kalian yang lagi cari peluang bisnis yang unik dan menjanjikan? Nah, kali ini gue mau bahas tentang budidaya tokek. Yup, kalian nggak salah denger, tokek! Hewan ini ternyata punya potensi bisnis yang besar dan bisa jadi ladang cuan buat kalian. Penasaran? Yuk, simak artikel ini sampai habis buat tau gimana caranya dan apa aja keuntungannya. Kenalan Sama Tokek 1. Apa Itu Tokek? Karakteristik Tokek Tokek adalah reptil yang sering ditemuin di rumah-rumah. Mereka dikenal dengan suara khasnya yang "tokek... tokek...". Tokek punya tubuh yang bisa mencapai panjang 30-40 cm dan dikenal dengan kulit bercorak yang unik. Keunikan Tokek Selain suaranya yang khas, tokek juga punya kemampuan memanjat dan menempel di dinding. Mereka aktif di malam hari dan biasanya berburu serangga sebagai makanan. Alasan Budidaya Tokek Menjanjikan 2. Permintaan Pasar yang Tinggi Pasar Ekspor Tokek pu...

GEDUNG JUANG 45 TAMBUN

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Reynan-gedung-juang-tambun-2014-12-21-612_result.jpg


Gedung Juang Tambun dibangun dengan dua tahap oleh seorang baba bangsawan dan tuan tanah, Khouw Tjeng Kie, Luitenant der Chinezen. Ia mempunyai dua saudara laki-laki, Luitenant Khouw Tjeng Tjoan dan Luitenant Khouw Tjeng Po. Ayah mereka adalah seorang pachter dan tuan tanah bernama Khouw Tian Sek.[3]
Setelah kematian Luitenant Khouw Tjeng Kie, kepengurusan baik tanah partikelir maupun Landhuis Tamboen jatuh ke tangan putra sang Luitenant, yaitu Khouw Oen Hoei. Ia adalah adik O. G. Khouw yang dimakamkan di mausoleum tersohor dan mewah di Petamburan. Sepupu mereka yang paling terkemuka pada era kolonial adalah Khouw Kim An, Majoor der Chinezen terakhir di Batavia, yang adalah putra paman mereka, Luitenant Khouw Tjeng Tjoan.[3]
Tahap pertama pembangunan mulai pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1910. Kemudian tahap ke-dua pada tahun 1925. Pada awalnya, halaman depan Gedung Juang Tambun yang terlihat dari jalan Hasanudin ini banyak ditanami oleh pohon mangga yang pada masa itu tidak begitu dikenal di kalangan masyarakat wilayah Tambun dan Bekasi.[4]

Relief perjuangan melawan penjajah di sekitar Gedung Juang Tambun
Landhuis dan tanah partikelir Tamboen disita dari keluarga Khouw van Tamboen pada tahun 1942 di tengah penjajahan Jepang. Pada saat perang kemerdekaan melawan Belanda, Gedung Juang yang pada saat itu dikenal dengan nama Gedung Tinggi dijadikan tempat pertahanan oleh para pejuang kemerdekaan yang itu berpusat di wilayah Tambun dan Cibarusah.
Gedung juang Tambun ini berlokasi hanya beberapa kilometer dari perbatasan wilayah terluar Batavia yaitu wilayah Sasak Jarang yang kini menjadi wilayah perbatasan antara kecamatan Bekasi Timur, kota Bekasi dengan kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Akibat pertahanan Belanda di wilayah Bekasi sering diserang, maka Belanda sering meninggalkan tempat pertahanannya di wilayah Bekasi dan menarik diri untuk memperkuat wilayah pertahanannya di Klender, yang kemudian menjadi batas antara kota Bekasi dengan Jakarta Timur.

Relief perundingan pertukaran tawanan perang antara pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tentara Belanda
Gedung ini juga menjadi tempat perundingan pertukaran tawanan antara Belanda dengan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Pejuang kemerdekaan Indonesia dipulangkan oleh Belanda ke wilayah Bekasi dan tentara Belanda dipulangkan ke Batavia melalui Stasiun Tambun yang lintasan relnya tepat berada di belakang gedung ini.

Masa penjajahan Jepang


Relief perjuangan pejuang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Jepang
Pada tahun 1943 tentara Jepang mengambil alih gedung ini dan dijadikannya sebagai salah satu pusat kekuatan dalam menjajah Indonesia. Pada akhr masa penjajahan Jepang, terjadi sebuah peristiwa besar pembantaian tentara Jepang oleh pejuang kemerdekaan Indonesia, di mana tentara Jepang yang pada saat itu menggunakan kereta api melintasi wilayah Bekasi hendak meninggalkan Indonesia melalui Bandar Udara Kalijati, Subang relnya dibelokan ke rel buntu yang membuat kereta terperosok, kemudian tentara Jepang yang sebagian besar tidak bersenjata dikarenakan mereka menyimpan senjatanya di gerbong barang, dibantai oleh pejuangan kemerdekaan Indonesia dan mayatnya dibuang di kali Bekasi.

Masa mempertahankan kemerdekaan

Setelah Jepang menarik diri dari Indonesia pada tahun 1945, KNI (Komite Nasonal Indonesia) menjadikan Gedung Juang Tambun sebagai kantor Kabupaten Jatinegara. Tidak hanya menjadi kantor kabupaten, gedung ini juga dijadikan sebagai menjadi tempat pertahanan dan pusat komando dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari tentara sekutu yang hendak menjajah Indonesia kembali.
Pada akhir tahun 1947, Belanda melanggar Perjanjian Linggar Jati dan melakukan agresi militer pertama, Gedung Juang Tambun pun dapat dikuasai oleh Belanda setelah melakukan serangan bertubi-tubi hingga tahun 1949 Namun tahun 1950 pejuang Indonesia dapat merebut kembali gedung ini. Setelah gedung ini berhasil di kuasai dan wilayah Tambun berhasil diamankan, maka aktivitas pemerintahan kembali dilakukan di gedung ini. Tercatat pada tahun 1950 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi menempati gedung ini kali pertama, disusul oleh kantor-kantor dan jawatan lainnya hingga akhir 1982.
Pada tahun 1951 gedung ini diisi oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, Batalyon Kian Santang. Lembaga wakil rakyat pun pernah berkantor di gedung ini hingga tahun 1960 diantaranya DPRD Sementara, DPRD Tk. II Bekasi dan DPRD-GR hingga tahun 1960. Pada tahun 1962 dijadikan tempat tahanan politik Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pada tahun 1982, Bupati Bekasi yang juga seorang budayawan, Abdul Fatah yang menjabat dari tahun 1973 - 1983 membentuk Akademi Pembangunan Desa (APD) di wilayah Tambun dengan menggunakan Gedung juang Tambun sebagai kampusnya.[5] Akademi Pembangunan Desa (APD) ini pada masa sekarang telah menjadi Universitas Islam 45 Bekasi dan telah memiliki kampus sendiri di dekat saluran Irigasi Tarum Barat (Kali Malang) di Jalan Cut Meutia, kota Bekasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya edukasi sehat mental sejak dini

Vendor Jersey Printing costume Tambun selatan Bekasi

Belajar Aquaponik untuk Pemula: Cara Memulai Sistem