BEKASI - Sisi mistis Situ Cibeureum di Kota Bekasi masih kerap diperbincangkan, terutama oleh masyarakat sekitar. Situ
Cibeureum dipercaya memiliki penjaga gaib agar kelestarian dan keasrian
danau alam yang berusia tua ini tetap utuh.
Berdasarkan
perbincangan penulis dengan kuncen atau juru kunci Situ Cibeureum lancip,
terdapat dua penjaga di Situ Cibeureum yaitu berupa ikan. Keberadaan
penjaga gaib ini dipercaya membuat danau yang terletak di tengah
perkampungan warga Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, masih terawat
alami serta tidak tersentuh kreasi pemerintah untuk dijadikan objek
wisata sampai sekarang.
Dua sosok penjaga itu dikenal dengan nama
Si Layung dan Si Kohkol, berupa ikan yang pada waktu tertentu kerap
menampakkan diri. Si Layung berjenis Ikan Mas yang akan muncul kalau air
meluap. Karena warnanya merah, permukaan air terlihat kemerahan
sehingga warga menamai "Cibeureum"
Si Layung pun dikabarkan bisa membesar dan mengecil. Dia muncul sekitar
pukul 11.00 WIB yang sebelumnya ditandai dengan air beriak yang menurut
warga sebatas mengontrol situasi agar situ tetap terjaga. Jika ada yang
berbuat tak senonoh atau membuang sesuatu ke tengah danau, Si Layung
akan menampakkan diri dengan air bergelombang sebagai ekspresi
kemarahan.
"Jadi siapa saja yang membuang sampah sembarangan atau
ada yang berbuat mesum di situ tersebut dipastikan terjadi yang tidak
diinginkan," kata Lancip.
Kemudian, Si Kohkol berupa ikan "deleg"
seperti ikan Nilam besar yang datang satu minggu sekali. Ikan ini
dikisahkan penjaga semua situ yang ada di Bekasi sampai Ciamis. Di
Situ Cibeureum terdapat nama Si Kohkol, begitupun di Situ Geude dan Situ
Panjalu Ciamis. Pekerjaan Si Kohkol berkeliling dari situ yang satu ke
situ yang lain.
Warnanya bermotif dengan ukuran sebesar pentungan masjid yang
menampakkan diri ditandai dengan melimpahnya ikan-ikan kecil seolah
berbahagia dikunjungi pimpinannya. "Pokoknya ikan-ikan kecil mendadak
muncul seolah bergembira sehingga banyak warga yang mendadak mengail
ikan. Jika waktu itu tiba, pertanda Si Kohkol datang," kata Lancip.
Si
Kohkol juga lebih suka menampakkan diri di pinggir situ, berbeda dengan
Si Layung di tengah Situ. Warga selalu berbondong-bondong melihat
keberadaan Ikan ini meski jarang sekali dijumpai. "Tapi Si Kohkol dan Si
Layung itu benar adanya kok. Silakan saja Bapak berbuat yang
tidak-tidak. Dijamin akan ada riak air seperti ombak," ujar Lancip meyakinkan.
Lancip pun merasa tidak khawatir kealamian Situ Cibeureum karena siapa
saja yang melanggar larangan selalu ketiban sial mulai dari kesurupan
sampai meninggal dunia tenggelam di Situ Cibeureum.
"Intinya mari
sama-sama kita rawat situ ini karena mereka juga sama seperti manusia
memiliki kehidupan. Tidak merawat situ sama halnya membunuh kehidupan
mereka karena situ bermanfaat bagi manusi juga," tuturnya.
Keberadaan
Situ Cibeureum memang sangat bermanfaat. Selain menjadi sumber
pengairan pesawahan di Kecamatan Tamansari, juga menjadi mata
pencaharian warga karena ketika air melimpah mendapat ikan, ketika air
kemarau menjadi tempat mengembala kambing.
Bahkan seiring perkembangan jaman, nusa atau pulau kecil tengah situ
menjadi Bumi Perkemahan meski diseberangnya terdapat enam makam keramat
yakni makam Ki Bagus Djamri, Syeh Majagung, Dambawati, Sugrianingrat,
Ratnaningru dan Ratnawulan.
Makam-makam tersebut merupakan
Priyayi Padjadjaran dan Sumedang yang hidup di era Galuh Pakuan sampai
Mataram. Jadi selain Si Layung dan Si Kohkol tadi, banyak juga warga
yang sekadar berziarah ke makam yang terletak di pinggir Situ Cibeureum.
"Tong cawokah. Eta wae pesenna teh (Jangan bicara sembarangan. Itu saja
pesannya)," kata Atang, yang kini telah tiada.
Komentar
Posting Komentar